Dua Pasang Hati

Selasa, 16 Juni 2015 - 09:28 WIB
Dua Pasang Hati
Dua Pasang Hati
A A A
Untung aja ya gelap, kalo nggak Keenan bisa tahu betapa gosongnya muka Lara sekarang. ”Kayaknya kita sekarang udah mau nyampe ke rumah lo. Belok kiri kan?” tanya Keenan selanjutnya.

Lara hanya mengangguk, setelah tadi berpegangan tangan, Lara enggan menatap mata cokelat susu Keenan. Cowok itu pun akhirnya membelokkan setirnya ke arah kiri, sesuai apa yang dikatakan Lara. ”Nan, thank you ya. Udah anterin gue pulang,” ucap Lara, kali ini wajahnya diurai dengan senyuman.

Nggak sama dengan beberapa waktu lalu, ketika ia pertama kali bertemu dengan Keenan. ”Ra, tunggu.” Tiba-tiba Keenan mencegatnya, tepat sebelum Lara keluar dari mobil. Cewek itu menaikkan alisnya sebelah, ”Kenapa?” ”Gue laper. Boleh numpang makan di rumah lo?” Lara terkejut sekaligus senang ketika Keenan menyampaikan keinginannya. Eh tapi, gimana ya...

Lara kan nggak bisa masak. Ntar kejadiannya by safeweb"> kayak dulu, lagi. Haduh... gimana nih, perasaan waswas mendadak melingkupi dirinya. ”Boleh sih, Nan. Tapi... lo tau gue nggak bisa masak, kan? Eh, tapi ada Indomie kok, kalo lo mau.” Lara mulai menggencarkan langkah penyelamatan diri, sebelum cowok itu berkomentar pedas. ”Nggak pa-pa.”

Akhirnya, setelah Keenan memarkirkan mobilnya di depan rumah Lara, cowok itu mengikuti Lara masuk ke rumah gadis itu. Boleh dibilang, rumah dengan nuansa biru laut menaungi tembok dindingnya itu, berukuran sedang cenderung kecil. Begitu masuk, Keenan sudah disambut dengan ruang tamu yang dindingnya dipenuhi dengan albumalbum foto Lara semasa dia kecil hingga dewasa, dan sebuah sofa panjang berwarna putih juga terlihat begitu serasi dengan warna tembok pilihan Lara.

Kalau masuk lebih dalam, maka Keenan akan menemukan kamar Lara yang terletak di ujung, bersimpangan dengan dapur kecil nan bersih milik Lara. Jantung Lara sebenernya berdegup kencang sejak tadi, ketika pertama kali Lara mengundang seorang lakilaki di rumahnya. Malem-malem, lagi.

Segera, Lara mempersilakan Keenan untuk duduk di kursi tamunya, sembari menunggu Lara membuatkannya segelas teh hangat. ”Nan, tunggu ya. Gue bikinin minum sebentar, sekalian ngecek di kulkas ada lauk apa. Masa lo cuma makan mi doang,” ujar Lara sebelum beranjak ke dapur. Cowok itu menganggukkan kepalanya saja.

Diam-diam Lara memerhatikan raut wajah cowok itu begitu sedih dan terpuruk, kelihatannya masih terpukul dengan meninggalnya Jovani hari ini. Nggak perlu lama-lama, Lara sudah menyiapkan secangkir teh hangat bagi Keenan. Segera, cowok itu menegak secangkir teh beraroma buah peach milik Lara.

”Nan, gue baru inget. Ada nasi di rice cooker gue, lagi gue panasin sih. Sama ada telur di kulkas,” ucap Lara kemudian. Walaupun ia sendiri nggak yakin dengan kemampuannya, ia sebenernya berniat masak untuk cowok itu. Habisnya dia kelihatan kusut banget dari tadi. Nggak tega juga, mau nyuruh dia masak sendiri. ”Lo mau masakin gue?” Sejumput ragu kembali bersarang di benak Keenan. Cewek itu mengangguk ragu.

”Mau telur ceplok atau dadar? Gue sih sebenernya bisa bikinin lo nasi goreng... tapi pakai bumbu instan gitu..” Lara sebenernya sedang mengatur napasnya agar nggak keliatan gugup depan Keenan. Dia tahu betul rasa trauma Keenan melihat hasil masakan Lara sembilan tahun silam. Lara mendesah sedih lalu berkata, ”Ya tapi, kalo emang mau yang lain juga nggak apa-apa sih.

Ada Indomie kok.” Lara terpaksa balik ke pilihan pertamanya. Kalo gini caranya, nggak ada bedanya by safeweb"> kayak waktu sembilan tahun lalu dong.. Keenan tak bergeming menatap Lara, tapi akhirnya dia bangkit berdiri, dan berkata, ”Nasi goreng pake telur ceplok aja.” Lara terperangah mendengarnya. Nggak salah nih, dia mempercayakan Lara, memasak makanan untuknya.

Tapi entah gimana, hati Lara nggak bisa bohong kalo dia sebenarnya senang, saat tahu Keenan mempercayakan Lara. Jadilah cewek itu bengong beberapa detik, membuat Keenan sedikit ngedumel. ”Mau masak nggak sih? Gue udah laper banget nih.” ”Eh... ng... ya, ya. Gue... ke dapur dulu.” ”Jangan gosong dapurnya!” teriak Keenan dari ruang tamu, membuat Lara terkekeh geli mendengarnya. (bersambung)

OLEH: VANIA M. BERNADETTE
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0937 seconds (0.1#10.140)